Dalam dunia amplifier gitar, kalian pasti sering membaca atau mendengar istilah tentang gain. Apakah itu gain? Gain sebenarnya bisa disamakan dengan volume, pada desain amplifier jaman dulu ada istilah volume atau gain yang memang artinya sama. Ketika master volume masuk ke desain ampli di awal tahun 70an istilah gain mempunyai definisi baru yang berarti distorsi. Di dalam dunia ampli gitar modern, istilah distorsi bisa diartikan sebagai gain yang merupakan sebuah produk overdriving berupa aliran signal dari gitar yang melewati beberapa tabung preamp untuk menyusun struktur gain tersebut. Istilah gain juga sering digantikan dengan drive atau overdrive yang maksudnya juga sama yaitu distorsi.
Untuk menghasilkan gain yang padat, gurih, dan renyah, signal gitar perlu mengalami beberapa tingkatan proses pada preamp. Setiap tabung pada preamp memproses tingkatan gain tersebut, semakin banyak tingkat prosesnya, gain akan semakin tebal dan padat, namun jika terlalu banyak, kita justru kehilangan definisi not yang kita mainkan pada instrumen gitar kita.
Untuk bisa mendengar sebuah ampli tabung 100 watt yang mempunyai proses “gain stages” yang baik atau enak, kita harus mendengarnya dengan cukup keras, mengapa? Distorsi pada ampli yang kita dengar mempunyai 4 elemen, yang pertama adalah distorsi tabung preamp, kemudian distorsi tabung power, yang ketiga adalah distorsi speaker, kemudian ada pula elemen gerakan udara dari speaker yang dihasilkan dari volume yang ampli yang cukup keras. Kombinasi ke 4 elemen inilah yang membuat sebuah ampli tabung itu terdengar enak. Jika ampli dimainkan dengan volume yang kecil maka kita tidak akan memperoleh 3 dari empat elemen tersebut yaitu, distorsi tabung power, distorsi speaker dan gerakan udara secara fisik dari speaker ampli yang dimainkan cukup keras. Oleh karena itu jika kalian membandingkan suara distorsi dari sebuah amplifier tabung dengan simulator ampli digital dengan sama-sama menggunakan volume yang kecil, maka kalian tidak akan dapat mendengarkan perbedaanya dengan jelas. Di saat keduanya dinyalakan dengan cukup keras di situ kalian akan merasakan perbedaan headroom dari simulator ampli digital dan ampli yang sebenarnya. Headroom adalah kekuatan dari tabung power amp yang disisakan untuk bisa merespon tambahan dinamika. Pada level suara yang cukup keras, simulator ampli digital akan terdengar agak tercekik, seperti tertahan suaranya, karena headroom yang disisakan tidak cukup untuk merespon dinamika ekstra, sedangkan pada ampli yang sebenarnya, headroom yang tersisa masih sangat lebar sehingga ampli tersebut mampu merespon dinamika ekstra yang dimainkan, dengan baik.
Untuk bisa tetap enak mendengarkan ampli tabung dalam level volume yang kecil, kalian bisa menggunakan tambahan alat yang bernama attenuator. Attenuator ini membantu kalian untuk mendapatkan “sweet spot” dari sebuah ampli yang dihasilkan dari distorsi tabung preamp dan tabung power yang hanya bisa diperoleh dengan suara yang sangat keras, kemudian dikecilkan suaranya disesuaikan dengan mixing panggung. Walaupun attenuator ini bisa membantu mendapatkan sweet spot distorsi dari preamp dan power amp tabung, akan tetapi masih ada 2 elemen yang hilang yaitu distorsi speaker dan gerakan udara secara fisik dari ampli dengan volume yang keras, tentu saja suaranya akan tetap sedikit berbeda dengan ampli tabung yang dimainkan keras. Dengan menggunakan attenuator ini, kita juga akan kesulitan mendapatkan suara clean pada gitar, karena setiap saat power amp ada dalam kondisi terdistorsi. Dan perlu diingat bahwa ampli tabung yang menyala harus dihubungkan menggunakan speaker dengan impedansi yang benar. Jika kalian menyalakan amplifier tabung tanpa menghubungkan ke speaker, maka ampli kalian akan rusak, dan jika kalian ingin menyalakan ampli tabung kalian tanpa speaker, kalian harus menghubungkannya dengan “dummy load” yang berfungsi menerima muatan dari ampli seperti speaker tanpa suara.